
bestmedia.id – PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, telah mengumumkan keputusan untuk menghentikan operasionalnya pada 1 Maret 2025 setelah 58 tahun beroperasi. Penutupan ini membawa dampak besar bagi banyak pihak, terutama ribuan karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Perusahaan ini sebelumnya telah menjadi salah satu raksasa industri tekstil Indonesia, tetapi tantangan ekonomi global dan faktor internal memaksa mereka untuk mengambil langkah ini.
1. Sritex dan Sejarah Panjangnya di Industri Tekstil
Sejak didirikan pada tahun 1967, Sritex telah berkembang menjadi salah satu pemain utama di industri tekstil Indonesia. Perusahaan ini dikenal dengan produksi berbagai macam produk tekstil, termasuk kain seragam dan pakaian jadi, yang diekspor ke banyak negara. Selama bertahun-tahun, Sritex memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Indonesia, baik dalam hal penciptaan lapangan kerja maupun dalam meningkatkan daya saing sektor tekstil domestik.
2. Faktor Penyebab Penutupan Sritex
Penutupan Sritex pada 1 Maret 2025 disebabkan oleh sejumlah faktor yang mempengaruhi kelangsungan operasional perusahaan. Salah satunya adalah kondisi ekonomi global yang semakin menantang, dengan adanya lonjakan biaya produksi dan ketidakpastian pasar. Selain itu, pandemi COVID-19 juga memberikan dampak besar bagi sektor industri, memperburuk posisi keuangan Sritex dan mengurangi permintaan produk tekstil. Meskipun perusahaan berusaha untuk bertahan dengan berinovasi dan melakukan diversifikasi, namun akhirnya tidak mampu menghadapi tekanan yang semakin berat.
3. Dampak Penutupan Terhadap Karyawan
Keputusan untuk menutup Sritex tentu saja berpengaruh besar terhadap ribuan karyawan yang bekerja di perusahaan ini. Diperkirakan lebih dari 10.000 karyawan langsung terkena dampak dari keputusan tersebut dan harus menghadapi pemutusan hubungan kerja (PHK). Bagi banyak karyawan, ini adalah pukulan berat karena sebagian besar telah bekerja lama di perusahaan dan menjadikannya tempat yang memberikan rasa stabilitas ekonomi. Meskipun perusahaan berjanji memberikan pesangon sesuai dengan peraturan yang berlaku, kenyataan ini tetap mempengaruhi kehidupan banyak individu dan keluarga.
4. Komitmen Perusahaan dalam Menangani Dampak PHK
Sritex menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk memberikan kompensasi sesuai dengan peraturan yang berlaku dan membantu karyawan yang terdampak melalui berbagai program pendampingan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan pelatihan keterampilan untuk memfasilitasi transisi karier para karyawan ke sektor lain. Program-program ini bertujuan agar para karyawan dapat segera mendapatkan pekerjaan baru dan tidak terjebak dalam kondisi ketidakpastian.
5. Tantangan yang Dihadapi Industri Tekstil Indonesia
Penutupan Sritex juga menjadi refleksi dari tantangan besar yang dihadapi oleh industri tekstil Indonesia. Persaingan global yang semakin ketat, biaya produksi yang tinggi, serta pergeseran tren pasar menjadi beberapa faktor yang membebani banyak perusahaan tekstil lokal. Hal ini juga memperlihatkan perlunya inovasi berkelanjutan dan peningkatan efisiensi dalam menghadapi kompetisi internasional. Banyak perusahaan tekstil lainnya harus memikirkan cara untuk beradaptasi dengan perubahan ini agar tidak mengikuti jejak Sritex.
6. Kesedihan dan Harapan Karyawan yang Terkena Dampak
Bagi karyawan yang terdampak PHK, penutupan Sritex memberikan rasa kehilangan yang mendalam. Banyak dari mereka yang telah mengabdi selama bertahun-tahun dan membangun karier di perusahaan ini merasa sulit menerima kenyataan bahwa mereka harus mencari pekerjaan baru. Meski demikian, ada harapan bahwa dengan pelatihan dan bantuan yang diberikan, mereka dapat memulai lembaran baru di bidang lain, dan berkontribusi kembali ke perekonomian Indonesia.
7. Masa Depan Industri Tekstil di Indonesia
Meskipun Sritex menutup operasionalnya, industri tekstil Indonesia tetap memiliki potensi yang besar untuk berkembang. Beberapa perusahaan yang lebih kecil dapat belajar dari pengalaman Sritex dan berusaha untuk beradaptasi dengan tren pasar yang terus berubah. Inovasi, pengurangan biaya produksi, dan pemanfaatan teknologi akan menjadi kunci bagi kelangsungan sektor ini di masa depan. Pemerintah Indonesia juga diharapkan dapat memberikan dukungan lebih lanjut bagi sektor tekstil agar tetap kompetitif di pasar global.
8. Kesimpulan: Akhir dari Sebuah Era
Penutupan Sritex pada 1 Maret 2025 menandai akhir dari sebuah era panjang bagi perusahaan yang telah menjadi bagian dari sejarah industri tekstil Indonesia. Keputusan ini mempengaruhi banyak pihak, terutama karyawan yang harus kehilangan pekerjaan mereka. Meskipun demikian, perusahaan tetap berkomitmen untuk memberikan bantuan kepada mereka yang terdampak. Dengan tantangan yang dihadapi oleh industri tekstil, masa depan sektor ini akan bergantung pada bagaimana perusahaan dapat beradaptasi dengan perubahan pasar global yang semakin cepat.