
bestmedia.id – Hari Valentine yang diperingati setiap tanggal 14 Februari memiliki sejarah panjang yang tak hanya berkaitan dengan cinta dan romantisme, tetapi juga dengan kisah tragis di masa lalu. Perayaan ini bermula dari eksekusi mati seorang tokoh bernama Santo Valentinus, serta sebuah surat terakhir yang diyakini menjadi awal tradisi bertukar kartu ucapan pada Hari Valentine.
1. Awal Mula Hari Valentine
Sejarah Hari Valentine berawal dari abad ke-3 Masehi pada masa Kekaisaran Romawi. Kaisar Claudius II mengeluarkan kebijakan yang melarang prajuritnya untuk menikah, dengan alasan bahwa mereka yang masih lajang akan menjadi tentara yang lebih tangguh. Namun, seorang pendeta bernama Valentinus tetap menikahkan pasangan muda secara diam-diam.
Tindakan ini dianggap melanggar hukum, sehingga Valentinus ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Ia dieksekusi pada 14 Februari, dan sejak saat itu, namanya dikenang sebagai simbol pengorbanan demi cinta sejati.
2. Surat Terakhir dari Santo Valentine
Sebelum dieksekusi, Valentinus dikisahkan sempat menulis sepucuk surat kepada putri sipir penjara. Dalam beberapa versi cerita, gadis tersebut dikatakan buta dan kemudian mendapatkan kembali penglihatannya setelah bertemu Valentinus. Surat terakhirnya ditutup dengan kalimat “Dari Valentine-mu,” yang kemudian dipercaya sebagai asal mula tradisi kartu ucapan Valentine.
3. Pengaruh Festival Lupercalia
Beberapa sejarawan juga mengaitkan Hari Valentine dengan festival Romawi kuno bernama Lupercalia. Perayaan ini berlangsung setiap pertengahan Februari dan bertujuan untuk merayakan kesuburan serta menyucikan kota dari roh jahat.
Ketika Kekristenan mulai menyebar, gereja mencoba mengubah makna festival ini agar lebih selaras dengan ajaran agama. Pada tahun 496 M, Paus Gelasius I akhirnya menetapkan 14 Februari sebagai Hari Santo Valentine untuk menggantikan festival pagan tersebut.
4. Romantisme dalam Hari Valentine
Hari Valentine mulai dikaitkan dengan cinta romantis pada Abad Pertengahan. Penyair Inggris, Geoffrey Chaucer, dalam puisinya Parlement of Foules (1382), menulis bahwa burung-burung memilih pasangannya pada 14 Februari. Sejak saat itu, muncul tradisi bertukar puisi dan surat cinta di Eropa.
Pada abad ke-15, orang-orang mulai mengirim kartu ucapan yang dikenal sebagai “Valentine,” yang semakin populer setelah abad ke-19 ketika kartu cetak mulai diproduksi secara massal.
5. Perayaan Valentine di Berbagai Negara
Saat ini, Hari Valentine dirayakan di seluruh dunia dengan berbagai tradisi unik. Di Amerika Serikat dan Eropa, pasangan bertukar hadiah seperti bunga, cokelat, dan perhiasan. Sementara itu, di Jepang, perempuan memberikan cokelat kepada pria pada 14 Februari, dan para pria membalasnya sebulan kemudian pada Hari Putih.
Di Indonesia sendiri, Hari Valentine tidak selalu dirayakan secara besar-besaran, tetapi tetap menjadi momen bagi banyak pasangan untuk menunjukkan rasa sayang mereka kepada orang tercinta.
Kesimpulan
Meskipun kini identik dengan hari kasih sayang, sejarah Hari Valentine sebenarnya berasal dari kisah tragis seorang santo yang dieksekusi mati. Seiring waktu, perayaan ini berubah menjadi simbol romantisme yang dirayakan oleh banyak orang di berbagai negara. Dari kisah eksekusi hingga berkembang menjadi tradisi penuh cinta, Hari Valentine tetap menjadi hari spesial yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya.