
bestmedia.id – Sebuah peringatan serius datang dari wilayah terpencil Indonesia bagian timur. Pulau Rhun, yang berada di Kabupaten Maluku Barat Daya, saat ini tengah menghadapi krisis kesehatan akibat wabah diare yang melanda warganya. Dua orang dilaporkan meninggal dunia dan belasan lainnya kini dirawat akibat gejala yang cukup parah.
Krisis Kesehatan di Tengah Keterbatasan
Wabah ini mulai menyebar sejak awal pekan, di mana sejumlah warga mengeluhkan gejala seperti muntah, buang air besar terus-menerus, dan dehidrasi hebat. Tim medis yang diterjunkan menyebutkan bahwa kondisi geografis dan terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan membuat penanganan wabah menjadi sangat menantang.
Pulau Rhun sendiri termasuk dalam gugusan Kepulauan Banda dan hanya memiliki fasilitas kesehatan tingkat dasar. Dalam keadaan darurat seperti ini, kapasitas layanan medis sangat tidak memadai untuk menangani jumlah pasien yang terus meningkat.
Diduga Berasal dari Air Tercemar
Menurut informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, penyebab utama yang sedang ditelusuri adalah kemungkinan kontaminasi pada sumber air minum warga. Tidak adanya sistem pengolahan air bersih dan perilaku hidup yang kurang higienis menjadi penyumbang utama terjadinya penyebaran penyakit ini.
Masyarakat setempat diketahui masih banyak menggunakan air dari sumur terbuka tanpa proses perebusan, yang memungkinkan masuknya bakteri penyebab diare.
Tanggap Darurat dan Upaya Pemerintah
Untuk menekan penyebaran wabah, pemerintah daerah telah menetapkan status tanggap darurat kesehatan di Pulau Rhun. Beberapa bantuan logistik seperti cairan rehidrasi oral (oralit), antibiotik, dan air minum kemasan mulai dikirimkan, meskipun distribusinya memerlukan waktu akibat letak pulau yang cukup jauh.
Pemerintah juga mengimbau agar masyarakat mulai menghindari konsumsi air mentah dan lebih memperhatikan kebersihan makanan serta lingkungan sekitar.
Ancaman Serius untuk Kelompok Rentan
Kondisi ini menjadi sangat mengkhawatirkan karena sebagian besar warga Pulau Rhun terdiri dari lansia dan anak-anak, yang secara alami memiliki daya tahan tubuh lebih lemah terhadap infeksi pencernaan seperti diare. Jika tidak segera ditangani secara menyeluruh, dikhawatirkan jumlah korban akan terus bertambah.
Perlu Evaluasi dan Solusi Jangka Panjang
Kasus ini mengungkap perlunya perhatian lebih dari pemerintah pusat terhadap sistem layanan kesehatan di wilayah kepulauan terpencil. Selain penanganan jangka pendek, perlu disusun strategi pembangunan infrastruktur air bersih dan fasilitas medis agar masyarakat tidak terus berada dalam risiko setiap kali wabah terjadi.
Tragedi ini semestinya membuka mata semua pihak bahwa akses kesehatan bukan hanya milik kota besar, tetapi juga hak warga di pulau-pulau kecil Nusantara.